Beda Tempra Forte & Tempra Syrup

Dear Rahmi
hehehe ....
ini kan pelajaran di pesat ya dan di file fever kan ada ya dosis buat obat demam

1. dosis parasetamol adalah 10-15 mg/kg BB
Kalau anakmu beratnya 16kg, maka kebutuhannya akan parasetamol adalah 16 x 10 = 160 mg

2. Kalau kamu memilihnya tempra sirup maka setiap 5 ml tempra mengandung 160 mg parasetamol
Jadi, anakmu butuhnya ya memang 5 ml
Ambil batas bawah saja toh tujuan pemberian obat demam bukan untuk menormalkan suhu
Hanya untuk menurunkan 1-2 derajat saja

Apalagi kan parasetamol memang aman dengan catatan jangan overdosis.

3. kata forte = double strength ... kira2 gitu lah
jadi kalau tempra forte ... setiap 5 ml mengandung 250 mg

nah, memang sebaiknya kalian menghitung saja sendiri dosis parasetamolnya

kalau boleh urun rembug
ya jangan dobel dosis ya

wati

----------------

loh kan di milis sering di share soal isinya dumin hehehe
hayooo email yang dibaca yang mana aja hayooo

ya jangan dong
kan di file demam juga dinyatakan bahwa tingginya demam bukan berarti
penyakitnya parah

kan jadi kebanyakan parasetamolnya tuh

sebetulnya tak dianjurkan pemberian melalui anus karena kadarnya di darah
justru fluktuatif
lebih baik paraseta,mol minum
kecuali anaknya muntah2

kan belum 72 jam toh
sebenrnya takut apa ya?
kalau boleh tahu ....
pusing kenapa?
jangan2 yang pusing justru anakmu kebanyakan dikasih obat dan yang
mestinya dia istirahat di rumah malah dibawa ke sana sini buat "berobat"

wati

sumber: milis Sehat, digest #7528 & #7529

SENTUHAN YANG MENYEHATKAN

Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat merangsang produksi ASI, meningkatkan nafsu makan dan berat badannya. Tindakan ini juga akan mempererat tali kasih orang tua dan anak, serta menjadi dasar positif bagi pertumbuhan emosi dan fisik bayi.

Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, ia bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak manfaat buat si bayi yang Anda cintai. Untuk keperluan itu, tidak perlu mengundang dukun pijat bayi sebab pemijatan bisa Anda lakukan sendiri.

Dalam bukunya Pedoman Pijat Bayi, dr. Utami Roesli, Sp.A., M.B.A. menyebutkan, terapi sentuhan (pijat) bisa memberikan efek positif secara fisik, antara lain kenaikan berat badan bayi dan peningkatan produksi air susu ibu (ASI).

Hal itu sudah dibuktikan oleh penelitian T. Field & Scafidi dari Universitas Miami, AS, yang menunjukkan bahwa 20 bayi prematur mengalami kenaikan berat badan 20 - 47% per hari setelah dipijat 3 x 15 menit selama 10 hari. Bayi cukup bulan usia 1 - 3 bulan yang dipijat 15 menit dua kali seminggu selama enam minggu mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi dari kelompok bayi yang tidak dipijat.

Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus-nya (saraf otak ke-10). Ini membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan si kecil cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusu. Akibatnya, produksi ASI akan lebih banyak.

Merasa aman dan tenang

Rene Spitz, dokter anak dan psikiater dari Amerika, melaporkan, bayi yang banyak memperoleh sentuhan, khususnya dari ibu, jarang mengalami simptom hospitalismus (gangguan yang sering dialami bayi yang tinggal di panti asuhan, seperti radang telinga tengah, campak, gangguan usus, dll.).

Pengamatan T. Field seperti dikutip dr. J. David Hull, ahli virologi mulekuler dari Inggris, dalam makalah berjudul Touch Therapy: Science Confirms Instinct, menyebutkan terapi pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan. Tidurnya pun bertambah tenang.

Terapi pijat 15 menit selama enam minggu pada bayi usia 1 - 3 bulan juga meningkatkan kesiagaan (alertness) dan tangisnya berkurang. Ini akan diikuti dengan peningkatan berat badan, perbaikan kondisi psikis, berkurangnya kadar hormon stres, dan bertambahnya kadar serotonin.

Meningkatnya aktivitas neurotransmitter serotonin ini akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat glucocorticoid (adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stres), dan selanjutnya akan meningkatkan daya tahan tubuh.

Lebih dari itu, seperti disebutkan dalam buku Pedoman Pijat Bayi, sentuhan, belaian, dan pijatan akan mempererat ikatan kasih sayang orang tua dengan anak. Terhadap perkembangan emosi anak, sentuhan orang tua merupakan dasar perkembangan komunikasi, yang akan memupuk cinta kasih timbal-balik, dan menjadi penentu bagi anak untuk menjadi anak yang berbudi pekerti dan percaya diri. Lagi pula ia akan merasa aman karena merasa yakin memiliki kasih sayang dan perlindungan dari orang tua.

Untuk kasus tertentu, pijat bayi juga dapat memberikan manfaat tambahan. Bagi pasangan yang masih remaja (teenage parents), pijat bayi mendongkrak rasa percaya diri dan rasa penerimaan atas keadaannya menjadi orang tua, serta meningkatkan harga diri sebagai orang tua. Bagi orang tua angkat, pijat bayi membantu menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan bayinya. Mereka akan lebih cepat mengenal dan merasakan bahwa mereka saling terikat dalam satu keluarga.

Untuk mengurangi kolik - yang biasanya ditandai dengan tangis melengking - orang tua dianjurkan memijat bayinya ketika kolik berlangsung, dan setiap kali sebelum bayi tidur. Dengan memijat, interaksi bayi dengan orang tua lebih positif, dan bayi menjadi lebih tenang, serta waktu tidur dan bangunnya lebih teratur.

Pijatan juga terbukti dapat melegakan saluran napas yang menyempit karena asma, mampu mengurangi perasaan gelisah dan depresi sehingga serangan asma berkurang. Bahkan pemijatan pada bayi dari ibu HIV-positif dapat lebih menaikkan berat badan dan meningkatkan perkembangan motorik bayi.

Setiap pijatan berkhasiat

Setiap gerakan yang berkaitan dengan kegiatan mengurut atau memijat memiliki khasiat. Gerakan usapan misalnya, dapat menenangkan anak, sehingga bermanfaat bagi anak yang berpembawaan gugup. Pada anak yang lesu dan malas bergerak, Barbara Ahr, ahli fosioterapi, menganjurkan agar usapan dilakukan sedikit lebih bertenaga dan diarahkan ke jantung. Usapan juga dapat merangsang aliran darah dan getah bening. Anda bisa mengusap-usap bagian punggung, tungkai, atau lengan si kecil.

Mengurut bayi bisa juga dengan gerakan remasan. Remasan, menurut Ahr, berkhasiat pada jaringan penentu kemelaran otot yang terletak pada gelendong jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat, sekaligus akan lebih melancarkan peredaran darah.

Teknik remasan dilakukan dengan cara bagian tungkai atau lengan dipadatkan atau dimelarkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras; mirip gerakan membuat adonan roti.

Teknik kocokan dilakukan dengan cara "menggulung"
. Tangan diletakkan sejajar dengan anggota badan, sambil mengurut seperti menggulung sosis
atau mengaduk adonan. Teknik ini bermanfaat untuk mengendorkan jaringan.

Cara lain, dengan teknik lingkar. Mula-mula dilakukan usapan, kemudian membuat bentuk lingkaran-lingkaran dengan kedua tangan. Dari lingkaran besar kemudian mengecil. Dengan latihan, lingkaran yang terbentuk akan makin bulat.

Teknik urut lingkar, menurut Ahr, memberikan stimulasi pada permukaan jaringan, bahkan ke bagian jaringan lebih dalam. Hasilnya, aliran darah meningkat dan pembuluh darah lebih lebar.

Semua teknik urut (usapan, remasan, kocokan, dan gerakan lingkar) bisa saling melengkapi. Bila dikerjakan secara lengkap, hasilnya akan lebih baik.

Pemijatan bisa dilakukan oleh ayah, ibu, nenek, atau anggota keluarga lain. Penelitian di Australia membuktikan, bayi yang dipijat ayahnya berat badannya cenderung naik dan hubungan dengan ayah makin baik. Bahkan bayi yang dipijat sejak usia empat minggu, ketika mencapai usia 12 minggu, akan lebih responsif.

Kapan boleh mulai dipijat?

Dalam buku Pedoman Pijat Bayi, dr. Utami Roesli menyebutkan bahwa pijat bayi dapat dilakukan segera setelah bayi lahir. Jadi, dapat dimulai kapan saja sesuai keinginan. Bayi akan mendapat keuntungan lebih besar bila pemijatan dilakukan tiap hari sejak lahir sampai usia enam atau tujuh bulan.

Pemijatan dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi. Bisa juga malam hari sebelum bayi tidur sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak. Tindakan pijat dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia enam bulan, pijat dua hari sekali sudah memadai.

Sebelum memijat, pastikan tangan Anda bersih dan hangat. Periksa kuku dan perhiasan untuk menghindari goresan pada kulit bayi. Bayi sudah makan atau benar-benar tidak sedang lapar. Tapi jangan memijat segera setelah bayi selesai makan.

Yang juga penting diperhatikan, jangan membangunkan bayi hanya untuk dipijat. Jangan memijat bayi yang sedang tidak sehat, atau tak mau dipijat. Tidak boleh memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi.

Sebelum pemijatan hendaknya disiapkan lebih dulu handuk, popok, baju ganti, dan baby oil atau baby lotion. Bayi dibaringkan di atas permukaan kain yang rata, lembut, dan bersih. Pilih ruangan yang nyaman, hangat, dan tidak pengap untuk kegiatan ini. Lakukan secara menggembirakan bagi Anda maupun si bayi.

Sebelum memijat, perlu dilakukan gerakan pembuka berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi wajah bayi dan mengusap-usap rambut kepala, sambil diajak berbicara. Sebelum dan selama pemijatan, kulit bayi perlu sesering mungkin dilumuri baby oil atau baby lotion.

Awalnya dilakukan sentuhan ringan dan lembut. Kemudian secara bertahap ditambahkan tekanan pada sentuhan itu, terutama bila bayi sudah mulai menerima pijatan itu. Bila bayi menangis, tenangkan dulu sebelum pemijatan dilanjutkan. Kalau tangisnya makin keras, pemijatan sebaiknya dihentikan. Mungkin bayi minta digendong, disusui, atau mengantuk.

Selama pemijatan, pandanglah mata bayi dengan penuh kasih sayang. Lewat kontak pandang, Anda bisa belajar mengenali reaksi anak dan bisa mengamati penerimaan kegiatan memijat ini oleh anak. Anda pun dapat sekaligus menetapkan takaran pijatan yang pas untuk bayi Anda. Untuk menciptakan suasana tenang, ada baiknya sambil bersenandung atau memutar lagu lembut.

Tak ada ketentuan baku tentang lamanya pemijatan. Namun berdasarkan pengalaman, untuk seluruh tahap pemijatan secara lengkap perlu disediakan waktu khusus minimal 15 menit. Setelah selesai, dr. Utami Roesli menyarankan, bayi perlu dimandikan agar merasa segar dan bersih dari lumuran baby oil. Hindarkan mata bayi dari percikan minyak atau baby oil.

Kegiatan mengurut bayi tidaklah menuntut keterampilan khusus. Pada awalnya mungkin kurang sempurna, namun kalau makin sering dilakukan, akan ditemukan pijatan dengan intensitas yang pas untuk bayi Anda.

Selamat mencoba. (dr. Audrey Luize/Rye)

sumber: milis Sehat digest #7524

TETAPLAH TENANG JIKA ANAK KEJANG DEMAM

Kejang demam banyak dialami anak balita yang memiliki sifat bawaan mudah mendapatkan gangguan kesehatan tersebut. Tidak seperti epilepsi, pencetus kejang demam pada umumnya demam tinggi. Bila kejang demam terjadi, tenanglah. Namun bila serangan itu berlanjut lebih dari lima menit, segeralah mencari bantuan dokter.

Orangtua mana pun biasanya panik bila tiba-tiba anak balitanya mengalami stuip atau kejang demam. Pada umumnya, mereka segera mencari sendok makan yang dibalut saputangan bersih, lalu gagang sendok diselipkan diantara gigi atas dan bawah. Tujuannya agar jalan napas tetap terbuka dan lidah si anak tidak tergigit sewaktu kejang.

Upaya lain, menurunkan suhu badan dengan cara membalurkan cairan alkohol ke bagian dada, tengkuk, dan dahi si anak. Sedangkan secara tradisional dengan mengusapkan tumbukan bawang merah dicampur jeruk nipis dan sedikit minyak kayu putih pada dada serta perut si anak.

Apakah semua tindakan ini memang berkhasiat?

Menurut dr. Dwi P. Widodo, neurolog anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam seminar "Kejang Demam pada Anak" beberapa waktu lalu, tindakan awal yang mesti dilakukan adalah menempatkan anak pada posisi miring. Tidak perlu memasukkan apa pun di antara gigi. Dr. M.V. Ghazali, dokter spesialis anak RS Pondok Indah Jakarta, dalam seminar yang sama menambahkan, anak yang sedang demam tinggi jangan diselimuti dengan selimut tebal, karena malah akan menambah demamnya akibat pembebasan panas dari dalam tubuh terhambat. Selain itu, pakaian yang kencang hendaknya dilepaskan.

Mengoleskan alkohol juga bisa menurunkan demam, tetapi kurang dianjurkan karena dikhawatirkan bisa mengenai mata. Bagi yang tidak tahan pada baunya, anak cukup dikompres air hangat suam-suam kuku dengan harapan saat air hangat menguap, panas dari tubuh si anak ikut terangkat. "Sikap kita harus tetap tenang," tambah dr. Dwi. "Namun bila kejang tidak berhenti setelah lima menit, sebaiknya anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat".

Sederhana dan kompleks

Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 - 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.

Penderita pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orangtua atau saudara kandung) penderita kejang demam. Perkembangan anak yang sering mengalami stuip sering agak terlambat, mempunyai masalah pada masa neonatus (saat baru lahir), serta kadar natrium serum darah rendah.

Faktor risiko utama yang umum menimpa anak balita usia 3 bulan - 5 tahun ini adalah demam tinggi (di atas 38 oC). Bisa diakibatkan oleh misalnya infeksi tenggorokan atau infeksi lain seperti radang telinga, campak, cacar air, dll. Yang paling mengkhwatirkan kalau demam tinggi tersebut merupakan gejala peradangan otak, seperti meningitis atau ensefalitis.

Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1 oC pun bisa menyebabkan kenaikan metabolisme basal (jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh - Red.) sebanyak 10 - 15%, sementara kebutuhan oksigen pada otak naik sebesar 20%.

Pada anak balita, aliran darah ke otak mencapai 65% dari aliran seluruh tubuh (pada orang dewasa hanya 15%). Sebab itu kenaikan suhu tubuh lebih mudah menimbulkan gangguan pada metabolisme otak. Sehingga akan mengganggu keseimbangan sel otak yang menimbulkan terjadinya pelepasan muatan listrik yang menyebar ke seluruh jaringan otak. Akibatnya terjadi kekakuan otot yang menyebabkan kejang tadi.

Wujud kejang dapat pula berupa mata berbalik ke atas disertai kekakuan atau kelemahan. Atau, terjadi gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan.

Serangan pada umumnya timbul pada awal kenaikan suhu tubuh dan berlangsung kurang dari 10 menit. Kejang seluruh tubuh ini akan berhenti dengan sendirinya setelah mendapat pertolongan pertama. Setelah itu anak tampak capek, mengantuk, dan tidur pulas. Begitu terbangun kesadaran sudah pulih kembali.

Dr. Dwi menguraikan bahwa kejang demam dibedakan atas dua macam. Pertama, kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan sama sekali tidak menimbulkan kerusakan otak ataupun membahayakan jiwa si anak. Yang kedua, demam kompleks, yang berlangsung lebih dari 15 menit dan bisa terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam.

Pada umumnya pada kejang demam kompleks, si anak mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang dalam keluarganya. Karena serangannya lebih lama, maka harus segera ditanggulangi. Bila tidak, adakalanya bisa mengakibatkan kerusakan otak. Kejang yang berlangsung lama dan terus menerus bisa mengganggu peredaran darah ke otak, kekurangan oksigen, kekurangan keseimbangan air dan elektrolit yang dapat mengakibatkan pembengkakan otak.

Bukan epilepsi

Indikasi perawatan di rumah sakit pada anak dengan kejang demam tergantung keadaan klinis dan keluarganya. Pada serangan kompleks, sebaiknya memang anak diobservasi di ruang gawat darurat selama beberapa jam untuk dievaluasi. Pada umumnya kondisi akan pulih setelah penyebab demam diketahui dan diobati.

"Namun, kalau keadaaan tidak stabil, misalnya ada kecurigaan penyebab lebih serius, sebaiknya dirawat," pesan dr. Dwi. "Sekitar 16% anak akan mengalami rekurensi dalam 24 jam pertama walaupun adakalanya belum bisa dipastikan apakah anak akan mengalami kejang kembali".

Untuk mencegah serangan pada seorang anak dengan bawaan kejang demam, begitu anak mengalami demam yang terpenting secepat mungkin usahakan turunkan suhu badannya, dengan cara memberi obat penurun panas atau kompres. Selain itu perbanyak minum air putih.

Dokter pada umumnya juga akan memberikan resep obat pencegah kejang pada anak dengan bawaan demikian. Sehingga begitu si anak mengalami demam, obat bisa segera diberikan. Obat seperti diazepam dan phenobarbital dapat digunakan untuk mencegah serangan ulang, meskipun bukan jaminan penuh. Sebab, seperti diakui dr. Dwi, sampai saat ini, belum ada pengobatan yang aman dan efektif. Dengan alasan itu pula obat hanya diberikan selama demam, tidak boleh berlebihan. Pemberian berlebihan dikhawatirkan bisa menimbulkan efek samping. Kalau pemberian obat tidak mempan, hendaknya segera diteliti apakah ada penyebab lain yang lebih serius.

Sementara itu, anak terus dimonitor suhu badannya, karena dalam 16 jam pertama kemungkinan serangan ulang masih besar. Apalagi, kadangkala suhu yang tidak terlalu tinggi pun bisa memicu kejang demam.

Untuk mengetahui suhu badan, dr. Ghazali menganjurkan penggunaan termometer air raksa saja, karena kerjanya paling sederhana dan akurat. Caranya dengan memasukkan sebagian ke mulut, dijepitkan di ketiak, atau dimasukkan anus, selama lima menit. Sebelumnya, air raksa dalam termometer harus diturunkan sampai di bawah suhu normal dengan cara mengapitkan selama beberapa kali.

Lalu, apa beda kejang demam dengan kejang epilepsi? Pada epilepsi, tidak disertai demam. Epilepsi merupakan faktor bawaan yang disebabkan karena gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.

Memang, menurut survai ada sekitar 15% kasus epilepsi yang didahului dengan gejala kejang demam. Namun, kurang dari 5% anak kejang demam berkembang menjadi epilepsi.

Yang penting, para orangtua disarankan tetap waspada terhadap kemungkinan serangan kejang demam. Kalau serangan datang, orang tua hendaknya tetap tenang. Sebab emosi atau kebingungan tidak akan menyelesaikan masalah dengan cepat! (Nanny Selamihardja)

sumber: nakita

Kejang Demam

LUPUS

Bacaan tentang lupus bisa dilihat di sini:
http://www.lupus.org/
http://www.mayoclinic.com/health/lupus/DS00115

PERNYATAAN PB PAPDI TENTANG MALPRAKTIK MEDIS

Dalam menanggapi masalah malpraktik medis akhir-akhir ini, PB PAPDI dengan ini menyatakan sebagai berikut :

1. Bahwa sebagaimana Ikatan Dokter Indonesia (IDI), PB PAPDI juga mengacu kepada pengertian malpraktik medis sebagaimana yang dianut oleh the World Medical Association (adopted by the 44th World Medical Assembly, Marbella,, Spain, September 1992), yaitu "medical marpractice involves the physician's failure to conform to the standard of care for treatment of the patient's condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient', yang bila diterjemahkan secara bebas berarti "malpraktik medis meliputi kegagalan dokter mematuhi standar pelayanan medis, atau kekurang-cakapan, atau kelalaian dalam memberikan pelayanan kepada pesien, yang merupakan penyebab langsung dari cedera pada pasien".

2. Bahwa perlu dibedakan antara malpraktik medis dengan "untoward results" yang merupakan salah satu bentuk Kejadian Tak Diharapkan (adverse events) yang terjadi pada tindakan / pelayanan medis yang bukan akibat kesalahan dokter, sebagaimana diingatkan oleh WMA, yaitu "An injury accurring in the course of medical treatment which could not be foreseen and was not the result of the lack of skill or knowledge on the part of the treating physician in untoward result, for which the physician should not bear any liability" (suatu cedera yang terjadi dalam suatu tindakan medis, yang tidak dapat dibayangkan / diperkirakan sebelumnya dan bukan sebagai akibat dari kekurang-cakapan di pihak dokter adalah suatu kemalangan, untuk mana dokter tidak bertanggung-jawab secara hukum).

3. Bahwa PB PAPDI sangat prihatin dengan maraknya pemberitaan dugaan malpraktik medis akhir-akhir ini yang memberikan kesan seolah-olah mutu pelayanan kedokteran di Indonesia sangat buruk, sehingga dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat luas kepada pelayanan kedokteran di Indonesia, yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri.

4. Bahwa PB PAPDI tidak menutup mata kemungkinan adanya beberapa dokter yang melakukan malpraktik medis karena berbagai sebab, namun PAPDI tetap percaya bahwa sebagian besar dokter adalah para professional yang sangat menghormati etika kedokteran dan menjalankan profesinya dengan kemurnian niat dan kesungguhan kerja.

5. Bahwa PB PAPDI bersama IDI telah dan sedang melakukan berbagai upaya strategis guna mencegah timbulnya malpraktik medis dan juga mencegah kerugian masyarakat dalam arti luas. Upaya-upaya sebagai berikut:

a. Bersama-sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia dan Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia mengembangkan dan mengawasi pelaksanaan pendidikan kedokteran yang sesuai dengan standar, yang menjamin para lulusan dokter memiliki kompetensi yang standard dan memadai.

b. Bersama-sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia dan Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia mengadvokasi terselenggaranya pendidikan etik kedokteran yang dimulai lebih dini, lebih bersifat pemberian prinsip penalaran dan latihan membuat keputusan etis, hingga ke etika klinik dan bioetika kedokteran.

c. Bersama-sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kota / Kabupaten memantau dan menegakkan penerapan etika, standar profesi dan standar pelayanan kedokteran.

d. Bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakat melakukan pendidikan masyarakat tentang adanya resiko yang dapat timbul pada tindakan medis dan operatif, dan kemungkinan adanya cedera atau kematian yang terjadi sesudah tindakan medis atau kuratif tersebut yang tidak dapat diduga sebelumnya atau tidak dapat dicegah.

e. Bersama-sama dengan seluruh komponen masyarakt melakukan pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang perlunya dokter memperoleh informed consent (persetujuan setelah penjelasan) dari pasien atau walinya sebelum melakukan tindakan medis atau operatif, kecuali dalam keadaan gawat-darurat.

f. Mengembangkan program advokasi publik guna memperlihatkan betapa sulitnya menerapkan layanan kedokteran yang baik dengan pembiayaan yang terbatas. Oleh karenanya, diperlukan adanya sistem pembiayaan pelayanan kedokteran (asuransi kesehatan sosial) yang akan menjamin pelayanan kesehatan masyarakat secara adil, merata dan terjangkau serta lebih bermutu.

g. Menerapkan dan melaksanakan sepenuhnya Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran beserta Peraturan Pelaksanaanya, termasuk penegakan disiplin profesi kedokteran.

h. Mengembangkan kebijakan dan program pelatihan remedial (re-schooling) bagi para dokter yang dinyatakan memiliki kekurangan dalam pengetahuan ataupun ketrampilan praktik kedokteran.

6. Bahwa PB PAPDI bersama IDI akan melakukan langkah-langkah dalam menghadapi penyelesaian kasiuns-kasus dugaan malpraktik medis, sebagai berikut:

a. Mengadvokasi cara-cara penyelesaian kasus dugaan malpraktik medis yang efektif dan efisien, melalui cara-cara mediasi yang dapat diterima dan cara yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Mengajak untuk menghindari pemberitaan yang tidak berimbang dan tidak proporsional tentang dugaan malpraktik medis.

c. Mengajak untuk menghindari cara-cara pengajuan tuduhan dan gugatan yang kasar dan tidak santun, baik yang dilakukan oleh kelompok masyarakt tertentu, media massa atau pun ahli hukum.

d. Membantu memberikan perlindungan hukum bagi dokter yang pasiennya mengalami cedera akibat untoward results (kemalangan) yang bukan akibat malpraktik.

e. Telah dilaksanakan sosialisasi medikolegal berupa "Road Show" oleh PB PAPDI kepada para dokter khususnya anggota PAPDI, untuk tahun 2007 telah dilaksanakan di Surabaya, Medan, Palembang, Bandung dan Semarang. Selanjutnya akan dilanjutkan Road Show ke Yogyakarta dan Makassar.



Jakarta, 24 Juni 2007

Dewan Penasehat Hukum PB. PAPDI

AMANDEL BISA MENURUNKAN KECERDASAN

Jika amandel terlalu besar dan tak dioperasi, akan mengganggu perkembangan anak. Selain menurunkan kecerdasan, juga bisa timbul komplikasi tak ringan, bahkan menularkan penyakit pada orang lain.

Kita sering mendengar tentang penyakit amandel, entah dari cerita ibu-ibu, teman kerja, kerabat, atau yang lain. Katanya, jika anak sering minum es, makan cokelat, dan sebagainya, nanti bisa kena penyakit amandel. Kalau sudah begitu, biasanya anak jadi bodoh, tak mau makan, sering demam, sering nyeri menelan. Katanya lagi, untuk sembuh harus dioperasi.

Tanggapan orang tua pun beragam bila anaknya dicurigai kena penyakit amandel. Ada yang tak peduli dan menganggap sepele, ada pula yang langsung panik. Sebenarnya, apa, sih, penyakit amandel? Benarkah penyakit ini bisa membuat anak jadi bodoh? Bagaimana pula penangannya? Nah, berikut ini penjelasan ahlinya, dr. H. Djoko Srijono Sp.THT dari RSIA Hermina Jatinegara Jakarta. Yuk, kita simak bersama!

PENGENAL JENIS KUMAN

Amandel atau dalam istilah ilmu kedokteran disebut tonsil adalah bagian dari organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong menyerupai bakso, melekat pada dinding kanan-kiri dari tenggorok. Jadi, di tenggorok ada dua buah amandel. Jika si kecil diminta membuka mulutnya lebar-lebar, kita bisa melihat amandel itu di tenggorok.

Sebenarnya masih ada satu amandel lagi yang disebut adenoid, terletak di rongga belakang hidung. Tentu kita tak bisa melihatnya secara langsung karena letaknya yang tersembunyi.

Setiap anak pasti punya amandel karena memang diperlukan oleh tubuh. Pasalnya, amandel merupakan bagian dari sistem yang membentuk kekebalan tubuh manusia (sistem imunitas). Pada bayi baru lahir, kekebalan tubuhnya masih sangat lemah, karena kekebalan yang diwariskan ibunya amat sedikit. Hingga, untuk pertahanan tubuhnya, bayi harus membentuk kekebalannya sendiri yang disesuaikan dengan jenis-jenis penyakit yang ada di lingkungan
sekitarnya.

Biasanya sebagian besar penyakit yang akan menyerang manusia ditularkan lewat udara pernafasan atau makanan. Nah, baik udara pernafasan maupun makanan yang masuk ke tubuh manusia, keduanya pasti lewat tenggorok dimana di sana terletak amandel. Di sinilah amandel berfungsi sebagai radar atau sensor untuk mengenali jenis kuman yang masuk ke dalam tubuh bersama udara atau makanan.

Selanjutnya tubuh akan membuat kekebalan sesuai informasi yang diberikan oleh amandel, disebut imuno-globulin. Mungkin Ibu dan Bapak pernah mendengar istilah IgA (imuno-globulin A), IgG, IgM. Itulah sistem kekebalan yang dibentuk oleh tubuh anak untuk menghadapi penyakit yang akan menyerangnya. Jadi, pada saat kanak-kanak, amandel diperlukan untuk giat bekerja. Tak heran bila akan terlihat amandelnya besar.

KECERDASAN MENURUN

Yang jadi masalah, jika amandelnya terlalu besar (hipertropi) karena berarti sudah merupakan penyakit. Sebab, amandel yang terlalu besar akan menghalangi makanan dan udara yang lewat tenggorok. Padahal, makanan yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan badan anak dan organ tubuh; sedangkan otak juga perlu oksigen yang cukup dari udara pernapasan untuk keperluan metabolisme.

Amandel yang menghalangi jalan makanan akan menunjukkan gejala sulit makan pada anak. Jika dipaksakan, ia muntah. Tentunya, kalau anak sulit makan, pertumbuhan tubuhnya akan terhambat. Hingga, bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, akan terlihat lebih kecil.

Sedangkan amandel yang menghalangi jalan napas, menunjukkan gejala mendengkur pada anak saat tidur. Bahkan yang berat, anak tiba-tiba terbangun dan tergagap-gagap saat tidur lelap akibat sulit bernafas. Hal ini terjadi karena saat tidur lelap, otot-otot tenggorok menjadi sangat rileks hingga amandel yang sudah terlalu besar itu akan menutup tenggorok secara total. Akibatnya, jalan napas pun tertutup.

Nah, tertutupnya jalan napas ini selain menimbulkan gejala tadi, juga menyebabkan anak kekurangan oksigen. Akibatnya, jaringan tubuh dan otak tak bisa berfungsi maksimal. Itu sebab, anak yang amandelnya terlalu besar akan terlihat lesu, lemas, kurang afktif, dan suka mengantuk. Daya pikirnya pun akan terganggu lantaran otaknya tak bisa berfungsi maksimal, hingga kecerdasannya bisa menurun.

SARANG INFEKSI

Selain amandel yang terlalu besar, amandel juga bisa menjadi sarang infeksi atau dalam ilmu kedokteran disebut fokal infeksi. Bila dilihat dengan mikroskop, pada amandel terdapat banyak kantong-kantong yang disebut kripte. Kripte ini dilapisi oleh kulit yang tebal. Nah, penyakit yang terbawa udara atau makanan dapat masuk dan bersarang di sana hingga menjadi sarang infeksi.

Dengan demikian, jika badan lemah- -mungkin akibat badan lelah, makan es batu atau makanan lain yang merangsang-, sarang infeksi di amandel akan menyebarkan bakteri ke sekitarnya, hingga terjadilah infeksi akut. Anak menjadi demam, nyeri tenggorok, batuk, dan tak mau makan. Hal ini akan selalu terjadi berulang walaupun telah berobat secara rajin ke dokter. Mengapa? Karena memang sarang penyakitnya ada di amandel.

OPERASI YANG TERBAIK

Untuk amandel yang membesar, sampai sekarang belum ada obat yang mampu mengecilkannya. Begitu pula amandel yang menjadi sarang infeksi, antibiotik juga tak dapat membasmi. Antibiotik, kan, biasanya diminum, lalu beredar ke seluruh tubuh, baru kemudian sampai ke amandel. Nah, di amandel, antibiotik tak dapat menembus kulit kripte yang tebal hingga sarang infeksi di dalamnya tak dapat terbasmi.

Jadi, dapat disimpulkan jalan terbaiknya adalah operasi. Sekali dioperasi amandel tak akan tumbuh lagi. Dengan demikian, tak ada lagi hambatan terhadap jalan napas dan makanan. Sarang infeksi pun terbasmi.

Biasanya operasi dilakukan saat penyakitnya tenang. Jika masih dalam keadaan infeksi akut, dokter akan mengobatinya dulu dengan antibiotik sampai penyakitnya tenang.

Operasi amandel sebenarnya sederhana saja. Anak akan dibius dan amandelnya diambil dengan cara dikelupas (disseksi), tanpa dilakukan irisan dengan pisau. Waktu yang diperlukan untuk operasi pun tak lama, kurang lebih 20-30 menit. Penyembuhan biasanya juga cepat, pada anak kurang lebih 3-7 hari, pada orang dewasa 7-14 hari.

TAK MEMPENGARUHI KEKEBALAN

Kendati amandel amat diperlukan tubuh, namun tak akan mempengaruhi kekebalan tubuh anak jika amandelnya dioperasi. Jadi, bukan berarti setelah amandelnya dibuang, si kecil lantas tak punya kekebalan lagi, lo.

Pasalnya, kala bayi baru lahir (yang sistem kekebalannya masih rendah), amandel bersama sistem tubuh yang lain aktif bekerja membentuk kekebalan tubuh. Sedikit demi sedikit sampai akhirnya mencapai kadar normal pada kira-kira usia 3 tahun, dan di usia kurang lebih 5 tahun kadarnya telah berada di atas normal.

Karena kadar kekebalannya telah cukup, setelah usia 5 tahun fungsi amandel secara berangsur-angsur akan berkurang dan akhirnya memang tak diperlukan lagi. Ini terbukti dari pengamatan berlanjut, setelah anak usia 8 tahun, jika amandelnya tak bermasalah, maka secara perlahan-lahan amandelnya akan mengecil. Hingga, di usia kurang lebih 17 tahun, sering amandel susah dilihat lagi karena saking kecilnya. Namun bila amandelnya bermasalah, maka
amandelnya tak akan menghilang walaupun sampai dewasa.

Penelitian yang dilakukan pada anak yang dioperasi amandel di usia 5 tahun atau lebih juga menunjukkan, kadar kekebalan tubuhnya tak pernah menurun sampai di bawah normal. Artinya, operasi amandel yang dilakukan pada anak usia 5 tahun atau lebih adalah aman dan tak akan mempengaruhi kekebalannya.

BISA MENULAR

Jadi, Bu-Pak, jika amandel tak bermasalah, nantinya akan mengecil sendiri tanpa perlu dioperasi. Namun bila bermasalah, seperti sudah diuraikan di atas, akan menghambat jalan napas dan makanan karena amandelnya terlalu besar. Hingga, bila tak dioperasi, akan lebih besar kerugiannya daripada manfaatnya.

Belum lagi jika timbul komplikasi seperti abses pada amandel atau tenggorok (tonsil/peri tonsiler abses), congek (otitis media), sinusitis, bronchitis, dan sebagainya. Bahkan dapat menyerang organ penting tubuh lainnya yaitu jantung (penyakit jantung rematik) maupun ginjal (glomerulo nephritis akuta).

Selain itu, amandel dengan sarang infeksi dapat menularkan penyakit pada anak kepada teman atau saudara dekatnya. Penyebaran terjadi lewat udara pernapasannya. Jadi, bila penderita amandel dibiarkan tak diobati dengan benar, bukan tak mungkin dapat menular ke anggota keluarga yang lain, seperti adik atau kakaknya.

Dengan kata lain, jika amandel bermasalah dan dioperasi, akan jauh lebih menguntungkan bagi perkembangan anak yang optimal. Juga anggota keluarganya tentu karena tak akan tertular penyakit.

ADENOID MEMBUAT TULI

Pada adenoid, masalah yang kerap dijumpai juga ukurannya yang berkembang terlalu besar hingga menyumbat jalan napas lewat hidung. Akibatnya, anak jadi bernapas lewat mulut.

Bila ini berlangsung lama, terang dr. Djoko, akan mempengaruhi pertumbuhan wajah dan rahang atas. "Langit-langit tumbuh lebih cekung ke atas, gigi rahang atas akan maju atau mronggos, dan mulut selalu terbuka hingga wajah anak terkesan seperti anak bodoh. Wajah demikian ini dinamai wajah adenoid."

Selain itu, adenoid yang membesar juga akan mendesak saluran eustacheus hingga menjadi tersumbat. Akibatnya akan terbentuk cairan di ruang telinga tengah dan selanjutnya menyebabkan tuli ringan. Maka jangan heran bila anak dipanggil atau diajak bicara akan kurang memberikan respon.

Penanganannya juga harus melalui operasi. Caranya, dikerok lewat mulut tanpa diiris dengan pisau. Operasinya sering dilakukan bersama-sama dengan operasi amandel. (nakita)